Langsung ke konten utama

Topik Pembahasan Catcalling - Irma Surya Hadi "Psikologi '2018' Universitas Negeri Padang"

 

Girls, Catcalling Itu Pelecehan, Bukan Pujian

 “Cewek..piwwiit, mau kemana ka? Sendirian aja? Assalamualaikum cantik, senyum dong”. Pernah mengalami hal demikian? Perlu kamu ketahui girls, bahwa perbuatan seperti itu merupakan catcalling. 

Masyarakat masih ambigu dalam memaknai apakah catcalling ini termasuk candaan, pujian atau pelecehan seksual. Menurut Oxford Dictionary, catcalling diartikan sebagai siulan, panggilan dan komentar yang bersifat seksual dari laki-laki kepada perempuan yang lewat dihadapannya. Catcalling dapat berkembang menjadi street harassment, yakni bentuk pelecehan seksual yang dilakukan di tempat umum.

Catcalling merupakan jenis pelecehan seksual secara verbal. Pelaku catcalling menyerang korban secara verbal, entah itu dengan siulan, godaan dan juga gestur tubuh seperti main mata. Bahkan ada yang secara terang-terangan mengomentari bentuk tubuh dan memandangi tubuh korban dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dampak psikologisnya adalah korban merasa terganggu, takut, dan merasa tidak nyaman. Hal ini juga bisa berdampak pada perilaku si korban. Contohnya, ketika korban melihat kerumunan laki-laki di jalan, ia harus berputar arah untuk menghindari kerumunan tersebut.

Budaya patriaki masih sangat kuat di masyarakat. Hubungan laki-laki dan perempuan masih didominasi dan dipengaruhi oleh idiologi gender. Sehingga mendorong terbentuknya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang dapat mempengaruhi berbagai aspek di masyarakat. Laki-laki merasa memiliki power dan kontrol terhadap perempuan sehingga menciptakan relasi kuasa yang timpang. Akibat relasi kuasa yang timpang maka lahirlah tindakan merendahkan dan melecehkan perempuan. Budaya patriaki menciptakan konstruksi berpikir bahwasanya laki-laki berkaitan erat dengan ego maskulinitas, sehingga femininitas kerap kali dianggap lemah. Hal ini menjadikan laki-laki memandang perempuan sebagai objek seksual. Sehingga mereka menganggap bahwa mengganggu dan menggoda perempuan di tempat umum merupakan hal yang wajar. Terkadang pakaian yang dikenakan oleh perempuan dijadikan alibi untuk melakukan pelecehan seksual. “Siapa suruh pakai baju seksi! Pakai baju yang sopan dong, menutup aurat”. Hey bro! Apakah ini dapat dijadikan alasan? Jika perempuan dituntut untuk berpakaian tertutup, kenapa laki-laki tidak dituntut untuk menundukkan pandangan?

Dari Detik.com, menyatakan bahwa tidak ada kaitannya pelecehan seksual dengan pakaian yang digunakan korban. Berdasarkan fenomena yang terjdi masyarakat, yang mengalami catcalling tidak hanya perempuan yang berpakaian terbuka, namun perempuan berpakaian tertutup dan berhijab mengalami catcalling. Pelecehan seksual tak pandang bulu, siapapun dapat menjadi korbannya. So, Be carefull girls.

Dilansir dari CNN Indonesia, survei yang dilakukan oleh kelompok pendukung korban kekerasan seksual, Lentera Sintas Indonesia, bekerja sama dengan wadah petisi online Change.org dan media perempuan, menyatakan bahwa pelecehan seksual secara verbal adalah kekerasan seksual paling sering terjadi. Survei ini mendapat  25.213 responden. Hasilnya sebanyak 58% pernah mengalami pelecehan secara verbal, 25% responden lainnya pernah mengalami pelecehan secara fisik seperti sentuhan, remasan, pijitan, pelukan, ciuman, dan lainnya. 21% responden pernah dipaksa melihat, menonton konten porno, alat kelamin atau aktvitas seksual, dan 6% lagi mengalami pemerkosaan.

            Girls, mari saling support untuk menghindari dan melawan pelaku catcalling. Dilansir dari Magdalene.com ada 5 cara untuk melakukannya: pertama, berhenti dan menatap mereka dengan berani. Kedua, percaya diri dan pastikan kamu selalu aman. Hal yang paling penting untuk kita lakukan adalah melawan secara aman seperti memberikan tanda pada mereka bahwa kamu tidak suka akan hal itu. Ketiga, beranikan diri untuk melapor atau meminta tolong. Kamu dapat melaporkan kejadian tersebuat kepada petugas terdekat atau meminta bantuan masyarakat  sekitar. Keempat, jalan terus dan tinggalkan saat ada segerombolan laki-laki yang mengganggumu. Kamu bisa pura-pura angkat telepon dan sibuk berbicara di telepon. Kelima, coba hindari menggunakan perhiasan yang mencolok. Tidak menutup kemungkinan jika catcalling berujung pada perampokan. Alangkah lebih baik kalau kamu menyimpan perhiasan mu atau tidak membawanya sama sekali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Seukir Nama di Hati - Achmad Yudha Pratama "Psikologi '2021' Universitas Negeri Padang"

Puisi “Seukir nama di hati” Lukisan wajah, terekam jelas oleh mata Telinga ini, hampa tanpa suara Detakkan ini berdegup kencang, saat kau di sampingku Namun aku tidak tahu nama degupan ini   Namamu terukir di dalam kalbu Bahkan senyumanmu memancar di setiap sudutnya jelas sekali bila bayanganmu selalu terbawa mimpi tapi apakah aku pantas? Imanku tak sekuat imanmu ibadahku tak sebanding dengan ibadahmu Kau ma’rifat bukan seperti aku yang naqiroh Bahkan waktumu banyak di habiskan untuk tuhanmu Ya ilahi....... Sujudku belumku ubah Do’aku belumku ganti Namun, tetap dia yang aku inginkan Dan namanya yang kuharapkan Sebagai pendampingku di jalan kebenaran The end..... Penulis          : Achmad Yudha Pratama Nim               : 21011001 Jurusan        : Psikologi Instansi        : Universitas Negeri Padang Judul puisi  : seukir nama di hati